Muslimah. Entrepreneur. Balon. Seni Tari. Joglo. Menulis. Musik.

Rabu, 26 Februari 2014

Tak Ada Pilihan

Tidak sengaja ngobrol sm dosen marketing management. Entah berawal dr ngobrol apa tiba" salah satu kakak tingkat bertanya ttg industri pertelevisian Indonesia.
Ttg "mahalnya" tontonan yg mendidik. Masyarakat yg tidak berlangganan TV kabel dihadapkan dgn keterbatasan pilihan stasiun TV, tentu terbatas juga acaranya. Ini namanya public TV, ya emg buat publik nasional yg mengakses tanpa mengeluarkan dana lebih. Kalau mau menikmati acara yg berkualitas dgn pilihan lebih banyak harus bayar mahal. Ya to? Harus langganan TV kabel yg harganya berkisar mulai dari 150 ribu per bulan.
Yg aku lihat, ini jd ada gap, ada ketidak adilan. Kenapa? Krn yg pny uang dan pny kesempatan yg menikmati lbh banyak hiburan, bahkan kl TV kabel byk chanel yg lbh mendidik. Nah kl yg "gratisan" aja, yaaa tau sendiri deh acaranya apa aja, gmn kualitasnya. Secara emosional aku bs bilang kl SDM masyarakat yg disuapi tontonan begini terus ya kelihatan kualitasnya, dan sayangnya bs jd mereka masy berpenghasilan pas"an yg ga bs langganan TV kabel. Susah deh upgrading kuliatias SDM kalau gini.


Okay balik lg ke obrolan tadi. Krn ngobrolnya sm dosen marketing management ya langsung tanya ttg topik "loyalitas". Ya ttg loyalitas pelanggan, loyalitas konsumen. Definisinya? Haha maaf blm sempat baca teorinya krn nulis ini sambil nunggu makaroni mateng haha (PR yaaa :p )
Kalau kata dosen kami, kata loyalitas itu luas, dgn kasus tadi, masy yg tetap menikmati acara TV publik bukan berarti mereka loyal, namun krn tidak ada pilihan. Tidak ada pilihan chanel TV lain, tidak ada pilihan program lain (yg bisa saja sebenarnya mereka menginginkan acara berkualitas), tidak ada pilihan karena keterbatasan akses memeperolehnya, dan tidak ada pilihan krn harga TV kabel beralangganan mahal.
Just think smart, do smrat ;)

Maaf ini tulisan agak "sporadis" karena sambil masak. Thanks for visiting my chocofreemium ;)

1 komentar: